Foto Asnawi Bermain Di Liga Korea / (KLEAGUE.com) |
AJTTV.COM – Penampilan bek sayap Asnawi Mangkualam Bahar semakin tocker.
Belum setahun berkarier di Korea Selatan, kini harga Asnawi Mangkualam di pasaran semakin melambung tinggi.
Penampilan impresif dan selalu dapat pujian saat tampil di lapangan membuat harganya di pasaran transfer membumbung tinggi dibanding saat pertama kali di kontrak Ansan Greeners dari PSM Makassar.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming juga melayangkan pujian terbuka kepada putra Makassar ini.
Kecepatan dan gocekan Asnawi dari sayap membuat Gibran terkesima.
Di Ansan Greeners, dirinya juga memberikan banyak kejutan.
Salah satunya adalah mendongkrak pamor sepak bola Korea Selatan di media sosial.
Walaupun membela klub kasta kedua, pamor Asnawi Mangkualam di Tanah Air sangatlah tinggi, dan secara tidak langsung meningkatkan status Liga Korea Selatan terangkat.
Belum lagi hadirnya pujian dari pelatih Timnas Indonesia saat ini, Shin Tae Yong, kepada dirinya.
“Jika semua pemain bermain seperti Asnawi, sepak bola Indonesia juga akan berubah,” ucap Shin Tae Yong dikutip dari Media Korea Selatan, Khan.
Poin-poin tersebutlah yang membuat harga dari Asnawi Mangkualam meningkat drastis, walau belum setahun berada di Korea Selatan.
Harga Desember 2018
Dari Situs Transfermarkt, harga Asnawi sempat anjlok Rp 400 juta.
Dari 150 ribu Euro (Rp2,5 miliar) menjadi 125 ribu Euro (Rp2,1 miliar) di bulan Desember 2018 saat masih di PSM Makassar.
Harga Desember 2019
Namun, angkanya meningkat drastis menjadi 200 ribu Euro (Rp3,4 miliar) pada 27 Desember 2019, hingga akhirnya berada di puncak tertingginya, yakni 350 ribu Euro (Rp6 miliar) pada 22 Juni 2021.
Ayah Asnawi, Bahar Muharram, selalu berpesan agar anaknya selalu rendah hati dan terus meningkatkan kemampuan.
Bek legendaris PSM Makassar ini mengingatkan sang buah hati agar tidak silau dengan pujian.
Kritik Tim Sepakbola PON
Asnawi Mangkualam eks pemain PSM Makassar melontarkan kritikan pedas perihal polemik pembinaan sepakbola Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kritikan Asnawi Mangkualam ini ditujukan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel dan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Sulsel.
Asnawi Mangkualam mengkritisi dualisme skuat di tim sepakbola Sulawesi Selatan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021.
Hal tersebut Asnawi Mangkualam sampaikan melalui unggahan di akun instagram pribadinya @asnawi_bhr, Kamis (24/6/2021).
Dalam unggahan foto tersebut, pemain Ansan Greners FC menyampaikan keprihatinannya terkait kondisi cabang sepak bola PON Sulsel.
Tulisan tersebut diperuntukkan kepada Pemerintah Provinsi Sulsel.
Di awal tulisannya, Asnawi Mangkualam mengaku membuka persoalan ini ke publik bukan karena banyak urusan atau membenci salah satu pihak.
Melainkan ingin melihat olahraga Sulsel baik.
Sebab, ia bisa sampai pada tahap ini karena tim PON Sulsel.
“Saya speak up bukan karena mau banyak urusan atau membenci salah satu pihak, tetapi ini untuk kebaikan olahraga di Sulsel, saya besar salah satunya dari tim PON Sulsel,” tulisnya.
Ia lalu menceritakan kondisi dan situasi PON Sulsel beberapa bulan lalu sebelum berangkat ke Korea.
Asnawi membeberkan beberapa bulan lalu PON Sulsel cabang sepak bola menjadi dua kubu.
“Satu tim itu dari pemain Prapon yang dilatih Coach Maulid Ibrahim dan yang satunya itu kalau ngga salah yang dibentuk oleh Asprov,” ungkapnya.
Yang menjadi pertanyaan, kata Asnawi, kenapa harus mengganti seluruh tim yang sudah berjuang dari Prapon 3 tahun bersama.
Lalu di ganti dengan tim yang baru beberapa bulan menyeleksi pemain.
“Karena yang saya tahu alasan pemecatannya kurang logis, apakah karena ada kepentingan atau seperti apa.”
“Saya tidak ada masalah dengan tim yang baru terbentuk tetapi sangat disayangkan komposisi pemain dan pelatih yang lama itu sudah terbentuk dan harus diganti begitu saja,” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut Sekretaris Asprov PSSI Sulsel, Ahmad Djafri mengatakan, pengangkatan Maulid Ibrahim sebagai pelatih dilakukan oleh Asprov PSSI Sulsel sebagai induk cabang sepak bola.
Maulid Ibrahim berhasil membawa tim sepak bola lolos ke PON.
Namun karena kondisi, pelatih Maulid Ibrahim dan Asprov PSSI Sulsel tidak sejalan sebagaimana mestinya. Sehingga, Asprov PSSI Sulsel mengganti Maulid Ibrahim.
“Kan wajar, dilakukan pergantian. Sama dengan manajemen dalam klub sepak bola,” ujarnya.
Soal pergantian pemain, dia telah memanggil seluruh pemain pada 6 Januari, tapi tidak ada satu pun yang datang.
Kemudian 15 Januari, ia memanggil untuk kedua kalinya. Lagi-lagi tidak ada yang datang.
“Jika di tim lama terdapat kelemahan, maka dari seleksi Askab ada yang bagus, apa salahnya kita masukkan ke tim.”
“Tapi kali ini tidak mau datang lagi, alasannya tidak mau pelatihnya diganti. Ini kan berlebihan,” terangnya.
Sementara itu Pelatih tim sepakbola PON Sulsel, Usman Halid berpandangan, pergantian pelatih bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Itu tidak ada masalah.
“Kalau status pelatih itu kan siap dicoret dan siap diganti. Itu tergantung dari manajemen. Kalau manajemen tetap memakai pasti diteruskan, kalau tidak, pasti diganti,” katanya melalui sambungan telepon Kamis (24/6/2021).
Usman Wahid mengaku ditunjuk sebagai pelatih baru sepak bola PON Sulsel sejak Desember 2021. Namun, baru melatih pada Januari 2021.
Ia mendengar, pelatih sepak bola PON Sulsel sebelumnya, Maulid Ibrahim diganti karena Maulid Ibrahim masih lisensi pelatih C. Sementara, pelatih PON harus lisensi pelatih B.
“Itu saya dengar. Mungkin ada persoalan lain saya tidak mau campuri,” ujarnya.
Terkait pergantian skuad sepak bola PON Sulsel, Usman Wahid menyampaikan pemain telah dipanggil dua kali. Pada 6 Januari dan 15 Januari, tapi tidak ada yang hadir.
Ia melihat para pemain masih menginginkan Maulid Ibrahim. Secara tidak langsung otomatis dilakukan seleksi.
“Mereka beranggapan kalau bukan Maulid melatih pemain lama tidak mau, meskipun Maulid yang meloloskan dari Pra PON ke PON,” bebernya.
“Pemain tidak ada dicoret. Mereka sendiri yang tidak mau karena dua kali pemanggilan tapi tidak diindahkan,” sambungnya.
Pemain yang ada saat ini, kata dia, hasil seleksi yang dilakukan sejak Januari hingga Maret.
Seleksi dari 630 pemain, kemudian dikerucutkan menjadi 80 pemain, lalu menjadi 60 pemain.
Selanjutnya, dikerucutkan hingga 40 pemain, 30 pemain hingga terakhir menjadi 22 pemain.
“Hasil seleksi ini murni, tidak ada titipan,” tegasnya.
Pihaknya pun telah melakukan uji coba ke klub lokal di Sulsel. Mulai dari klub di Pangkep, Parepare, Bone, Sidrap, Bantaeng, Bulukumba dan Selayar. Termasuk melawan tim Pra Porda Makassar dua kali.
Hasilnya semua pertandingan uji coba berhasil dimenangi, tanpa kalah sekalipun.
Sumber : makassar.tribunnews.com