Scroll untuk baca artikel
BERITA TERBARUKABAR DAERAH

Kisah Andriono, Penjaja Kerupuk Rambak dari Tulungagung

33
×

Kisah Andriono, Penjaja Kerupuk Rambak dari Tulungagung

Sebarkan artikel ini

Andriono alias Sugeng warga Rejoagung saat menjajakan kerupuk rambak / Dw ajttv.com

TULUNGAGUNG, AJTTV.COM – Di tengah hiruk pikuk aktivitas warga, masih banyak kisah perjuangan mencari rezeki yang menyentuh hati. Salah satunya adalah kisah Andriono (50), atau yang akrab dipanggil Sugeng, warga Dusun Kebonagung, Desa Rejoagung, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung.

​Dengan berbekal motor dan tas besar yang disebut srandul, Sugeng setiap hari menempuh jarak puluhan kilometer, keluar masuk warung dan toko, demi menjajakan kerupuk rambak hasil olahannya sendiri.

​Dari Penjual Soto ke Penjaja Kerupuk Keliling

​Perjalanan hidup Sugeng bukanlah tanpa liku. Ia dulunya berjualan soto yang cukup ramai di kawasan Stadion Rejoagung. Usaha sotonya menjadi tumpuan keluarga hingga sebuah takdir mengubah segalanya.

​”Dulu memang ramai di depan stadion. Tapi setelah istri tercinta meninggal dunia beberapa tahun lalu, saya memutuskan untuk menutup warung soto,” tutur Sugeng dengan nada pelan.

​Keputusan berat itu diambil Sugeng demi fokus membesarkan anak tunggalnya yang saat itu masih kecil. Ia menyadari, pekerjaan di warung soto menuntut waktu yang panjang dan mengikat, membuatnya kehilangan waktu berharga bersama sang buah hati.

​”Anak saya masih kecil, butuh perhatian penuh. Kalau di warung soto, saya bisa dari pagi sampai malam. Jadi, saya pilih pekerjaan yang waktu kerjanya lebih fleksibel,” jelasnya.

​Rutinitas Mengantar Rezeki

​Sejak sang anak menginjak usia SMP, Sugeng memulai profesi barunya sebagai penjaja kerupuk rambak keliling. Kerupuk yang ia jajakan adalah produksi rumahan yang dibuatnya sendiri di rumah, memastikan kualitas dan rasa yang terjaga.

​Setiap pagi usai sholat subuh dan menyiapkan keperluan anaknya, Sugeng mulai meracik dan mengemas kerupuknya. Menjelang siang, ia mulai berkeliling dari satu warung ke warung lain, menitipkan dagangannya ke para pemilik warung langganan.

​”Kerupuk ini modalnya kecil, tapi perputarannya cepat. Yang penting telaten dan tidak malu,” ujarnya sambil menata kerupuk rambak di salah satu warung di kawasan Kedungwaru.

​Meski pekerjaannya kini jauh berbeda dengan saat ia menjadi  penjual soto, Sugeng menjalaninya dengan penuh syukur. Baginya, keringat yang menetes saat menenteng srandul penuh kerupuk adalah bukti perjuangan seorang ayah yang tak kenal lelah, demi melihat anaknya tumbuh besar dan meraih cita-cita.

Reporter : Dw

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *