Scroll untuk baca artikel
BERITA TERBARUKABAR DAERAH

Kunci Sukses di Tengah Tantangan Ekonomi: Kisah Anang Baso, Peternak Gurame Nekat dari Tulungagung

16
×

Kunci Sukses di Tengah Tantangan Ekonomi: Kisah Anang Baso, Peternak Gurame Nekat dari Tulungagung

Sebarkan artikel ini

Salah satu kolam ikan milik anang di Sembergempol( yulianto ajttv.com)

TULUNGAGUNG, AJTTV.COM – Di tengah bayang-bayang kesulitan ekonomi, dibutuhkan lebih dari sekadar modal; diperlukan ide segar dan keberanian untuk mengambil sikap membuka peluang kerja. Semangat inilah yang patut dicontoh dari Anang Baso, warga Desa Bendilwungu, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, yang sukses membangun kerajaan budidaya ikan Gurame meski ia memulainya dari nol, bahkan di atas lahan sewa.

​Kisah Anang adalah bukti bahwa tekad mampu menaklukkan tantangan, termasuk tantangan modal operasional yang mencekik.

​Berani Mengambil Risiko di Lahan Sewa

​Anang Baso memulai usahanya dengan keyakinan penuh pada potensi ikan Gurame. Berbekal tekad kuat, ia membangun sepuluh kolam besar dengan total kapasitas menampung hingga 30.000 ekor bibit Gurame.

​Langkah ini bukanlah tanpa risiko. Ia memilih jalur sewa lahan, yang berarti ia harus menanggung biaya tetap selain biaya produksi. Keputusan ini menunjukkan keberaniannya, bahwa peluang harus diciptakan, bukan sekadar ditunggu.

​Tantangan Sentrat: Biaya Rp 1,5 Juta Per Hari

​Mengawali usaha budidaya skala besar tidaklah mulus. Tantangan terbesar yang sempat membuat Anang “tertatih-tatih” adalah pemenuhan kebutuhan pakan wajib ikan, yaitu sentrat.

​Anang harus menghitung ulang modal harian secara ekstrem. Dengan harga sentrat mencapai Rp 300.000 per karung, dan kebutuhan yang mencapai beberapa karung setiap hari, ia harus menyiapkan anggaran biaya pakan harian sebesar Rp 1,5 juta.

​Angka fantastis ini, yang harus dikeluarkan Anang selama empat bulan terakhir masa pembesaran, adalah batu ujian yang nyata. Dalam sebulan, biaya pakan saja bisa mencapai puluhan juta rupiah.

​”Bayangkan, setiap hari harus mengeluarkan anggaran 1,5 juta. Itu hanya untuk pakan sentrat saja,” ungkap Anang, menceritakan perjuangannya menalangi modal harian demi mempertahankan puluhan ribu ikan Gurame miliknya.

​Menanti Panen 8 Bulan: Buah Kesabaran

​Usaha ternak Gurame memang dikenal membutuhkan kesabaran ekstra. Anang menjelaskan bahwa dari bibit kecil hingga siap panen, ia membutuhkan waktu yang cukup panjang, sekitar 8 hingga 9 bulan. Ini adalah periode panjang yang menuntut konsistensi modal dan pengelolaan yang prima.

​Namun, Anang membuktikan bahwa kesabaran dan manajemen risiko yang baik membuahkan hasil manis.

​”Alhamdulillah, setiap 8 bulan kami panen. Memang perlu waktu panjang, tapi hasilnya lumayan dan sangat memuaskan,” tutup Anang dengan senyum.

​Kisah Anang Baso memberikan inspirasi bagi banyak orang di Tulungagung dan sekitarnya. Bahwa krisis ekonomi seharusnya menjadi pemicu, bukan penghalang, untuk berinovasi dan membuka lapangan kerja. Dengan perhitungan yang matang dan keberanian mengambil risiko modal di awal, usaha di sektor pangan seperti budidaya Gurame terbukti dapat menjadi jalan keluar yang menjanjikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *