TRENGGALEK – Kontur wilayah Di Kabupaten Trenggalek yang tinggi-rendah membuat jaringan selular susah masuk.
Dari data Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Trenggalek
Setidaknya ada 28 desa masuk ke dalam kategori blank spot atau minim saringan sinyal.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Trenggalek, Edif Hayunan pada Rabu (15/07/2020).
Dirinya menjelaskan, Daerah minim sinyal berada di Desa-desa yang tersebar di delapan kecamatan, masing-masing enam desa di Kecamatan Pule dan Munjungan, Lima desa di Kecamatan Dongko dan Watulimo, Tiga desa di Kecamatan Panggul Serta masing-masing satu desa di Kecamatan Tugu, Durenan dan Bendungan.
” Mayoritas desa minim sinyal berada di daerah pegunungan karena kontur wilayah yang tinggi rendah ” terang Edit.
Ia mengakui, sulitnya keterjangkauan sinyal tersebut berpengaruh terhadap layanan kependudukan yang menggunakan sistem online.
Meski demikian menurut Edif, dari 28 desa tersebut masih terjangkau sinyal di beberapa titik.
“Kami segera lakukan surve ulang untuk memastikan luasan wilayah yang tak tercakup sinyal,” katanya.
Dari jumlah tersebut , Kominfo Trenggalek telah melakukan surve terhadap 17 desa yang masuk dalam kategori minim sinyal sesuai laporan dari pemerintah Desa.
Akibat sulitnya sinyal berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar saat pandemi Covid-19 ini menggunakan sistem dalam jaringan (daring).
Kominfo Trenggalek, kata Edif, tengah mempersiapkan solusi jangka pendek untuk mengatasi masalah minim sinyal itu.
Salah satunya, pihaknya berencana untuk menggandeng anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk pemasangan jaringan fiber optic (F0).
“Anak perusahaan PLN itu pernah menawarkan pemasangan jaringan FO ke kami,” sambung Edif.
Jika memungkinkan, pemasangan FO bisa berjalan dengan dua mekanisme. Pertama, sistem sewa. Kedua membangun secara mandiri.
“Di rencana induk, kami sudah mulai memasang FO untuk 9 OPD (Organisasi Perangkat Daerah),” sambung dia.
Pada tahun depan, pihaknya berencana membangun jaringan serupa untuk 22 OPD lain, serta titik-titik kecamatan di seluruh Trenggalek,” tutur dia.
Harapannya, desa-desa yang minim sinyal bisa membangun jaringan serupa dari kecamatan dengan pembiayaan mandiri. Misalnya, dengan pemanfaatan dana desa.
Edif mengatakan , solusi jangka pendek itu minimal dapat membantu pelaksanaan program pelayanan warga yang berjalan dengan sistem daring.
Sementara untuk solusi jangka panjang, pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
“Ada dua mekanisme.Pertama [mengusulkan] membangun sinyal tower dari Kementerian. Kedua lewat peluncuran satelit khusus untuk mengatasi desa-desa blank spot yang rencananya tahun 2023,” pungkas Edif.
Reporter : Ayu Np / Arie
Editor : C sant