Oleh: Catur Santoso, Ketua Aliansi Jurnalis Tulungagung (AJT)
Pergantian tahun, khususnya momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru), selalu membawa suasana euforia. Di Tulungagung, euforia ini biasanya diterjemahkan melalui tradisi ngiras (berbelanja makanan khas) dan ngliwet (masak besar). Namun, di tengah guncangan ekonomi global dan lokal yang masih terasa sulit, euforia kali ini harus dibarengi dengan dosis rasionalitas yang tinggi.
Sebagai Jurnalis, kami mencermati ada pergeseran perilaku yang seharusnya menjadi kewajiban: kewaspadaan finansial.
Refleksi di Tengah Kesulitan Ekonomi
Kita tidak bisa memungkiri bahwa kondisi saat ini memaksa sebagian besar keluarga untuk mengencangkan ikat pinggang. Inflasi, kenaikan harga bahan pokok, dan ketidakpastian pekerjaan membuat daya beli masyarakat menjadi lebih sensitif. Dalam konteks ini, Nataru tidak boleh lagi dipandang sebagai ajang pemenuhan hasrat konsumtif tanpa batas.
Budaya pesta dan pengeluaran boros, seperti membeli kado berlebihan atau memaksakan liburan mahal, harus dihindari. Perilaku ini hanyalah “bom waktu” yang siap meledak menjadi tumpukan utang dan tekanan finansial pada Januari 2026.
Mengubah Definisi Kebahagiaan Nataru
Penting bagi kita, sebagai masyarakat Tulungagung yang menjunjung tinggi kebersamaan, untuk mendefinisikan ulang makna kebahagiaan Nataru. Kebahagiaan sejati tidak diukur dari seberapa meriah pesta kembang api atau seberapa jauh kita berlibur, melainkan dari kualitas waktu yang dihabiskan bersama dan ketenangan finansial yang kita jaga.
Saya mengimbau warga untuk menjadikan Nataru sebagai momentum konsolidasi:
- Konsolidasi Keuangan: Gunakan bonus atau THR (jika ada) untuk melunasi utang atau menambah dana darurat. Anggaran untuk ngiras dan ngliwet harus realistis, bukan sekadar mengikuti gengsi.
- Konsolidasi Keluarga: Alihkan fokus dari kegiatan di luar rumah yang mahal (travelling) ke kegiatan di dalam rumah (staycation lokal) yang bersifat edukatif dan mempererat ikatan. Lakukan evaluasi tahunan bersama keluarga.
- Konsolidasi Sosial: Rayakan Nataru dengan kesederhanaan. Mengadakan potluck (makan bersama dengan berbagi bekal) dengan tetangga atau kerabat jauh lebih bermakna dan hemat daripada katering mewah.
Kewaspadaan yang Berkelanjutan
Kepada seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah, mari kita pastikan stabilitas harga bahan pokok tetap terjaga (sesuai yang menjadi sasaran utama Operasi Lilin Semeru). Dan kepada masyarakat, mari kita jadikan tahun ini sebagai titik balik, di mana efisiensi dan literasi keuangan menjadi tradisi baru.
Jangan biarkan euforia dua hari menghancurkan kerja keras finansial selama setahun. Nataru harus menjadi penutup tahun yang damai, dan pembuka tahun yang bebas dari beban utang.


