Scroll untuk baca artikel
BERITA TERBARUKABAR DAERAH

Siaga Musim Hujan: Dinkes Tulungagung Waspadai Lonjakan DBD Setelah Catat 420 Kasus dan 5 Kematian

39
×

Siaga Musim Hujan: Dinkes Tulungagung Waspadai Lonjakan DBD Setelah Catat 420 Kasus dan 5 Kematian

Sebarkan artikel ini

————- Foto : Ilustrasi

TULUNGAGUNG, AJTTV.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, secara resmi meningkatkan status kewaspadaan terhadap potensi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) seiring dimulainya musim hujan. Kewaspadaan ini didasarkan pada pola tahunan serta rekapitulasi data yang menunjukkan tingginya angka kasus sepanjang tahun 2025.

​Hingga Oktober 2025, Tulungagung telah mencatat 420 kasus DBD dan Dengue Shock Syndrome (DSS), dengan angka kematian mencapai 5 jiwa. Data ini menjadi sinyal peringatan keras bagi masyarakat untuk tidak mengabaikan kebersihan lingkungan.

​Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Tulungagung, Dr. Desi Lusiana Wardhani, yang juga menjabat Plt Wakil Direktur RSUD dr. Iskak, membenarkan fokus utama kewaspadaan saat ini adalah perubahan cuaca.

​”Posisi kita sempat melandai, tapi seminggu terakhir intensitas hujan mulai turun. Ini adalah faktor utama yang menjadi kewaspadaan kami, mengingat nyamuk Aedes aegypti akan cepat berkembang biak di wadah air yang terisi hujan,” ujar Desi usai kegiatan media, Kamis (30/10/2025).

Tren Kasus DBD Meningkat Tajam Tiga Tahun Terakhir

​Dr. Desi menjelaskan bahwa ancaman DBD meningkat signifikan selama musim hujan karena banyaknya wadah luar ruangan yang menampung air hujan, menjadi tempat ideal bagi nyamuk bertelur. Secara historis, lonjakan kasus DBD di Tulungagung cenderung terjadi di awal musim hujan dan mencapai puncaknya pada Desember.

​Analisis data menunjukkan adanya tren peningkatan kasus DBD yang signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2023, tercatat 206 kasus DBD dengan 3 kasus meninggal dunia. Angka ini melonjak drastis pada tahun 2024, di mana Kabupaten Tulungagung mencatat kasus tertinggi historis, yakni 1.440 kasus DBD/DSS dan menyebabkan 17 kasus kematian.

​Pada tahun 2025, meskipun angka cenderung menurun dari puncak 2024, hingga bulan Oktober telah tercatat 420 kasus dengan 5 kematian. Kasus tertinggi tahun ini terkonsentrasi pada periode awal tahun, yaitu Januari (144 kasus, 3 meninggal) dan Februari (100 kasus, 1 meninggal).

​Lonjakan masif tersebut, lanjut Desi, banyak dipicu oleh fenomena kemarau basah, yang secara tidak terduga memperpanjang periode nyamuk dapat bertelur di luar musim puncaknya.

Strategi Antisipasi dan Intervensi Dinkes

​Sebagai langkah mitigasi, Dinkes Tulungagung kembali mengintensifkan kampanye Gerakan 3M Plus. Strategi ini menekankan pada: Menguras tempat penampungan air, Menutup wadah air, dan Mengubur barang bekas. Sementara “Plus” mencakup langkah pelindung tambahan seperti penggunaan losion antinyamuk dan kelambu.

​Selain upaya pencegahan berbasis komunitas, Dinkes juga menyiapkan intervensi cepat berupa fogging (pengasapan) yang akan dilakukan secara terarah.

​”Stok bahan dan mesin fogging masih sangat cukup. Kami siagakan untuk setiap titik serangan, dengan radius pengasapan 100 meter dari lokasi kasus terkonfirmasi,” tambah Dr. Desi.

​Namun, Dinkes menekankan bahwa kunci utama pengendalian DBD tetap berada di tangan masyarakat melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara mandiri. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak efektif memutus siklus hidup jentik.

​“Pencegahan lebih baik dari pengobatan. Bersihkan lingkungan secara rutin. Lakukan 3M Plus, dan jangan menunggu ada korban baru bertindak,” tutupnya, menyerukan partisipasi aktif seluruh warga Tulungagung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *