TULUNGAGUNG, AJTTV.COM – Setiap hari Jumat, aroma harum masakan tidak hanya memenuhi dapur Lapas Kelas IIB Tulungagung, tetapi juga menyebar ke jalanan di sekitarnya. Ini bukan sekadar makan siang gratis, melainkan sebuah pernyataan kemanusiaan yang kuat.
Di balik tembok Lapas, program “Jumat Berkah” telah bertransformasi dari sekadar kegiatan sosial menjadi dapur inkubasi yang memberdayakan, di mana mantan warga binaan mengambil peran utama, mengubah keterampilan tata boga mereka menjadi harapan baru.
Dapur Pemberdayaan di Kafe Rindu Rumah
Program Jumat Berkah yang rutin diadakan di area Kafe Rindu Rumah—sebuah unit usaha Lapas—menjadi panggung bagi perubahan. Kepala Lapas Kelas IIB Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadianto, menyatakan bahwa kegiatan ini adalah wujud komitmen Lapas untuk menjadi “bagian dari solusi sosial.”
”Rasa syukur kami tak terhingga karena program ini dapat terus terlaksana. Semangat ini harus terus menggema, karena dari langkah-langkah kecil inilah lahir energi besar untuk membangun bangsa,” ujar Ma’ruf, Jumat.
Fokus utama kegiatan ini bukan hanya pada pembagian ratusan porsi makanan gratis kepada masyarakat kurang mampu, penarik becak, dan tukang parkir, tetapi pada siapa yang memasak dan menyajikan.
Kesempatan Kedua untuk Mantan Warga Binaan
Bagian paling istimewa dari inisiatif ini adalah keterlibatan langsung dari mantan warga binaan. Mereka yang telah selesai menjalani masa pidana dan memiliki keahlian di bidang tata boga, kini diberi kesempatan kedua yang nyata. Mereka dilibatkan dalam setiap proses, mulai dari pengadaan bahan hingga penyajian makanan.
Keterlibatan ini krusial. Dalam menghadapi stigma sosial, memiliki pekerjaan dan diterima kembali oleh masyarakat adalah tantangan terbesar bagi eks-napi. Dapur “Jumat Berkah” ini menyediakan jembatan, membuktikan bahwa keterampilan dan integritas dapat ditemukan di balik catatan masa lalu.
Kehangatan yang Dirasakan Warga Jalanan
Kegiatan ini tidak hanya memberi makan, tetapi juga menumbuhkan rasa persaudaraan. Pak Hamdan, seorang tukang ojek yang rutin menikmati sajian berkah tersebut, mengungkapkan rasa syukurnya.
”Bagi kami yang setiap hari bekerja di jalan, bisa makan bersama dan disambut dengan ramah seperti ini terasa sangat berarti. Kami merasa diperhatikan dan dikuatkan,” kata Pak Hamdan.
Program ini secara efektif menepis batas antara “mereka” yang di dalam dan “kita” yang di luar. Lapas Tulungagung berhasil menciptakan cerminan bahwa nilai kemanusiaan dan gotong royong dapat tumbuh subur, bahkan dari balik tembok pemasyarakatan.
”Jumat Berkah di Lapas Tulungagung adalah bukti bahwa rehabilitasi yang sesungguhnya adalah ketika mantan warga binaan bisa kembali berdaya, diterima, dan ikut menebar keberkahan bagi sesama,” tutup salah seorang petugas Lapas.
Reporter : Heru