——— (Dok Photo IST)
JAKARTA, AJTTV.COM – Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil tindakan tegas dengan menutup 40 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di seluruh Indonesia menyusul insiden keracunan yang menimpa peserta Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Penutupan ini dilakukan karena puluhan dapur tersebut terbukti melanggar Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan.
Langkah cepat BGN ini merupakan respons langsung terhadap krisis keracunan massal yang mencoreng citra program strategis nasional tersebut.
Permintaan Maaf BGN dan Apresiasi Publik
Tindakan penutupan yang diikuti dengan permintaan maaf terbuka dari BGN mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Literatur Institut. Direktur Literatur Institut, Asran Siara, mengapresiasi respons BGN yang dinilai sigap, transparan, dan bertanggung jawab.
“Permohonan maaf ini penting sebagai bentuk tanggung jawab moral atas insiden yang terjadi. Respons cepat BGN patut diapresiasi karena sejalan dengan keinginan publik,” ujar Asran Siara di Jakarta, Jumat (26/9/2025).
Asran menekankan bahwa insiden ini harus menjadi pelajaran berharga. Pihaknya berharap Program MBG dapat terus berjalan dengan prinsip “zero accident” demi menjamin keselamatan penerima manfaat.
Audit Menyeluruh dan Prioritas Keamanan Pangan
Penutupan 40 SPPG yang bermasalah menjadi sinyal bahwa BGN tidak akan mentolerir kelalaian dalam pelaksanaan program. Wakil Kepala BGN Bidang Komunikasi Publik dan Investigasi, Nanik S. Deyang, menyampaikan penyesalan mendalam atas nama seluruh institusi.
“Lalu yang paling penting dari hati saya yang terdalam, saya mohon maaf atas nama BGN, atas nama seluruh SPPG di Indonesia, saya mohon maaf,” kata Nanik dengan suara emosional di Kantor BGN, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).
Bersamaan dengan penutupan tersebut, BGN juga berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap operasional dan pengawasan internal.
Literatur Institut mendesak agar evaluasi ini bersifat komprehensif, tidak hanya fokus pada SOP, tetapi juga pada sistem pengawasan di seluruh SPPG untuk mencegah insiden serupa berulang.
”Program pemenuhan gizi adalah instrumen vital untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Karena itu, aspek keamanan pangan dan keselamatan penerima manfaat harus menjadi prioritas utama,” tegas Asran Siara, mendesak BGN untuk segera memulihkan kepercayaan publik terhadap program strategis ini.
Editor : Catur Santoso












